[KTI] BATIK RAMLI (RAMAH LINGKUNGAN) BERBAHAN DASAR DAUN APEL SEBAGAI CIRI KHAS KOTA BATU


 Batik merupakan salah satu kekayaan asli Indonesia. Selain sebagai kekayaan, batik juga memiliki makna. Jaman dahulu, motif batik menandakan tingkat derajat pemakaian atau hanya digunakan untuk upacara tertentu.Seiring dengan perkembangan jaman, batik mulai digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Tanpa ada perbedaan derajat di dalamnya. 
Batik diproduksi sendiri oleh orang Indonesia, dengan kekhasan motif yang berbeda dari masing – masing daerah. Beberapa jenis motif batik yaitu batik cuwiri, batik kraton, batik sekar jagad, batik pringgondani, dll. 

Berbagai jenis motif tersebut semakin banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hasil penelusuran Google Trends dengan kata kunci ”batik” berdasarkan minat kawasan di Indonesia, Jawa Timur berada di urutan ketiga, setelah Jawa Tengah dan Yogyakarta seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Dan Daerah Malang menjadi urutan kedua untuk peminat batik seperti yang ditunjukkan gambar 2.
Gambar 1 Hasil penelusuran Google Trends dengan kata kunci batik

Gambar 2 Hasil penelusuran Google Trends dengan kata kunci batik berdasarkan minat kawasan Jatim

Hal ini bisa dijadikan peluang untuk daerah Malang  dalam mengembangkan produksi batik, utamanya daerah Batu. Batu adalah daerah yang kaya akan produksi apel. Konsentrasi kawasan pertanian apel di wilayah Bumiaji, Lereng Gunung Arjuna, meliputi lima desa, antara lain Bumiaji, Punten, Turungrejo, Sumber Bendo. Data Dinas Pertanian Kota Batu pada 2005 jumlah tanaman apel sebanyak 2.604.829 pohon. Sekitar 2.204.800 pohon di antaranya tanaman produktif. Total produksi apel setiap tahun sebanyak 1,2 juta kuintal atau produktivitas tanaman per pohon sekitar 28,02 kilogram. Daun apel dari setiap pohon apel jarang dimanfaatkan dan hanya menjadi sampah organik. Padahal daun apel bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam pembuatan batik.
Pewarna alami lebih ramah lingkungan daripada sintetis. Akan tetapi, proses pembuatan memerlukan waktu yang lebih lama daripada penggunaan bahan sintetis. Dari segi hargapun, lebih mahal dibandingkan batik dengan pewarna sintetis. 
Uraian tersebut dapat dijadikan peluang masyarakat Batu, khususnya masyarakat sekitar daerah sentra produksi apel. Hal ini bertujuan untuk mmaksimalkan daun apel dalam penggunaannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan keterampilan dalam pembuatan batik. 

Untuk Proposal Lengkap bisa dilihat di sini !!! Atau bisa klik http://bit.ly/proposalramli

You Might Also Like

0 komentar