[KTI] MUKIDI (MUSEUM KOTA BATU dan INFORMASI DIGITAL) BERBASIS VIRTUAL REALITY

[KTI] Kota Batu merupakan daerah otonom yang termuda di Provinsi Jawa Timur. Kota Batu terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Luas Kota Batu secara keseluruhan adalah sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0,42 persen dari total luas Jawa Timur. Daerah lereng dan berbukit memiliki proposi lebih luas dibandingkan dengan daerah dataran
Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7”44’,55,11’ sampai dengan 8’’26',35,45’ Lintang Selatan dan 122’’17',10,90’ sampai dengan 122’’57',00,00’ Bujur Timur. Batas Kota Batu adalah : Sebelah Utara Kecamatan Prigen Kabupaten Mojokerto, Sebelah Selatan Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, Sebelah Timur Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan sebelah Barat Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

Gambar Peta Kota Batu

Sebagai daerah yang topografinya sebagian besar wilayah perbukitan, Kota Batu memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu terkenal sebagai daerah dingin. Saat ini terdapat berbagai macam tempat wisata yang diatawarkan Kota Batu seperti Selecta, Songgoriti, BNS, Jawa Timur Park 1, Jawa Timur Park 2, Museum Satwa, Museum Angkut.

Dari beberapa potensi wisata diatas tidak ditemukan wisata museum tentang Kota Batu sendiri. Padahal dengan potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan Kota Batu dengan setiap ciri khas masing-masing daerah. Salah satunya berbentuk museum. Jarang sekali orang yang menempatkan museum dalam daftar urutan pertama tempat yang harus dikunjungi. seperti yang diungkapkan dalam artikel yang ditulis oleh Yurnaldi dalam www.kompas.com, KRT Thomas Haryonagoro mengatakan, kesan museum di masyarakat selama ini adalah tidak atraktif, tidak aspiratif, tidak menghibur, dan pengelolaan seadanya. Keberadaan museum belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Kondisi sumberdaya manusia di museum pun memprihatinkan. Edukator (programmer) kurang profesional, kehumasan (public relations) lemah, kurang aktif. Pemasaran stagnan, ungkapnya (Yurnaldi, 2010).

Kini, seiring perkembangan zaman dan teknologi, museum menjadi digital sentris, yaitu museum harus menjadi tempat yang menyenangkan untuk didatangi. Tidak sekadar tempat riset dan mencari data semata, tetapi ada muatan “enjoyment dan entertaint” sebagai motivasi karena prosesnya orang harus suka dulu baru mau belajar (Akhmad, 2014).

Di masa sekarang perkembangan teknologi semakin kuat, munculnya dunia internet sebagai sumber informasi yang dominan bagi masyarakat, hal ini semakin menurunkan minat untuk berkunjung memperlajari secara langsung pencitraan sebuah museum dimana sebagai intuisi yang dibutuhkan masyarakat. Tapi mengapa museum itu sepi pengunjung dan kenyataan sangat biasa kalau museum selalu sepi peminat. Di era sekarang, museum juga perlu pemasaran, bahwa museum harus bias menghibur (Iis, 2009).

Perkembangan teknologi saat ini didukung dengan tampilan grafik yang semakin baik dan canggih. Untuk mendongkrak pertumbuhan wisatawan, maka ke depan perlu diupayakan suatu pemberdayaan, baik sumber daya manusia maupun peningkatan kualitas sarana teknologi modern yaitu Virtual reality yang mengacu pada konsep dimana semua objek seakan dapat dijelajahi seperti dunia aslinya, dapat berjalan menelusuri ke segala arah, melihat ke segala arah, memutar, dan menjelajahi sekelilingnya. (Kurnia, 2010).

Penggunaan game engine Unity3D digunakan dalam pembuatan arsitektur bangunan serta beberapa objek yang ada dalam museum dalam bentuk 3D (3 dimensi). Karena kelebihan dari media 3D adalah memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas (Sari, 2012).
Dari permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk membuat museum virtual 3D sebagai media alternatif yang layak digunakan untuk membuat lebih atraktif tentang Museum Kota Batu dan Digital Informasi (MUKIDI) untuk memperkenalkan pada wisatawan. MUKIDI adalah salah satu jenis virtual 3D, dimana visualisasi objek-objek pada media ini adalah berbentuk 3 dimensi yang visualisasinya seperti objek pada aslinya. Peneliti mengharapkan penggunaan MUKIDI ini dapat menarik dan memperkenalkan kepada wisatawan tentang Kota Batu lebih dekat dan sebagai tempat wisata di Kota Batu yang potensial.

Proposal Lengkap dapat dilihat di sini !!! Atau bisa klik http://bit.ly/proposalmukidi

You Might Also Like

0 komentar